Selasa, 30 Juni 2015

konflik


1.tujuan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat akan mampu merasakan gejala konflik
dan mengatasinya sesuai dengan peraturan dalam perusahaan/nilai-nilai sosial budaya
yang berlaku.
2.materi pembeljaran
a) Pengertian Konflik
Konflik adalah perselisihan yang diawali dari suatu kesalah-pahaman yang
terjadi dalam komunikasi, yang dapat mempengaruhi emosi orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi tersebut sehingga mengakibatkan ketegangan-
ketegangan yang dapat menimbulkan permasalahan.
Konflik dapat terjadi antar personal maupun antar kelompok (yang seringkali
diawali dengan konflik antar personal), di lingkup pekerjaan, konflik-konflik dapat
terjadi di lingkup:
Antar Personal:
Staf dengan pimpinan (vertikal)
Antar staf (horisontal)
Antar pimpinan unit kerja (horizontal)
Antar Kelompok:
Perusahaan dengan distributor
Perusahaan dengan pelanggan
b)  Mengidentifikasi Gejala-Gejala Konflik
Gejala-gejala konflik
Hal-hal utama yang dapat mempengaruhi terjadinya konflik diantaranya:
Yang berkaitan dengan
personality:
Kondisi   stress,   lelah,   khawatir
berlebihan , ketidakpercayaan
Ketidakpuasan, rasa curiga dari pengalaman lalu
Perbedaan persepsi, kebutuhan, tujuan, visi,
nilai, sikap
Ketidak   siapan   dengan   adanya
pe rubah an keputusan
Perbedaan budaya, kebiasaan, adat, kata
yang kurang jelas
Tanggapan yang perduli (tak acuh) dari salah satu pihak
Watak negatif (pemarah, mau menang sendiri, dan lain-lain)
Yang berkaitan dengan pekerjaan:
Antara perusahaan dengan pelanggan
–  Pelanggan/tamu mengeluh karena mutu produk/layanan
–  Pelanggan menuntut sesuatu di luar perjanjian
–  Pengiriman barang yang tidak tepat waktu
– Miskomunikasi/distorsi
–  Pelanggan yang terlalu lama menunggu
Antara sesama staf dalam perusahaan
–  Saling lempar tanggung jawab
–  Kurang menghargai pekerjaan teman
–  Persaingan tidak sehat
– Miskomunikasi/distorsi
Antara staf dan pimpinan
–  Sikap pilih kasih dari pimpinan
–  Kurang jelasnya job deskripsi tugas dan batas
kewenangan
– Miskomunikasi/distorsi
–  Visi, misi dan tujuan perusahaan kurang dipahami oleh karyawan
Penunjang terjadinya konflik secara umum:
Kejenuhan kerja (lelah, bosan).
Kondisi dan situasi tempat yang kurang nyaman.
Kurang terampil dalam berkomunikasi.
Terlalu lama menungggu.
53

Tahap-tahap timbulnya konflik
Informasi
Persepsi
Persepsi
Perbedaan persepsi yang
menimbulkan salah paham
Menyamakan persesi
Saling bertahan pada persepsi masing-
masing menimbulkan perselisihan
Tidak timbul perselisihan
Emosi masing-masing meninggi (tegang)
KONFLIK
Konflik ditangani dengan
Konflik tidak ditangani
baik
dengan baik
Sama-sama
Masalah berkembang dan
Senang
menimbulkan perseteruan
Negosiasi
Sama-sama
Kalah-
Sama-sama
menang
Menang
kalah
WIN-WIN
WIN-LOSE
LOSE-LOSE
Gejala-gejala awal yang terlihat, sebelum muncul konflik:
Pada saat Anda melakukan pekerjaan, terutama dalam kontak dengan
seseorang (teman kerja, pelanggan, relasi, atau pimpinan) satu hal yang
tidak  boleh Anda tinggalkan adalah: selalu peduli/tanggap akan penampilan
orang tersebut.
Selalu perhatikan hal-hal di bawah ini:
Nada suara terdengar meninggi, wajah tegang, berkeringat/gelisah.
Terjadi stagnasi, kedua belah pihak diam dam suasana menegang.
Posisi badan tidak tenang, biasanya rahang terlihat mengeras.
Sinar mata yang menantang, bolamata membesar, kadang-kadang
tangan mengepal (walau disembunyikan)
Belajar mengenali mimik/air muka
54

Bagaimana mimik mereka?
Gejala konflik yang akan mengganggu keamanan dan keselamatan
pelanggan.
Kepedulian pada situasi di sekitar tempat kerja, setiap saat
harus
ditingkatkan, misalnya memperhatikan situasi (counter dekat Anda) di mana
sedang terlihat gejala- gejala perselisihan yang diperkirakan akan
memuncak. Seperti apakah tamu/ pelanggan; apakah
membawa
atau
di
dekatnya
ada sesuatu yang dapat dijangkau dan digunakan sebagai ”senjata”
(yang dapat digunakan untuk melakukan tindak kekerasan). Cobalah dengan
hati-hati untuk menyingkirkan benda tersebut, atau segera  minta  bantuan petugas
keamanan untuk berjaga-jaga lebih dekat.
Selain gejala akan timbulnya perselisihan, semua petugas selayaknya
mewaspadai hal-hal yang dapat menimbulkan ketidak amanan pelanggan yang
akhirnya juga akan menimbulkan komplain karena menghambat kelancaran
kerja, sebagai contoh: penyimpanan format/dokumen yang sulit ditemukan,
kursi  yang  sudah  rusak,  lantai licin, bau ruangan yang tidak nyaman.
c)  Mengatasi Situasi Konflik
Tidak semua konflik merugikan, apabila konflik itu diartikan sebagai beda
pendapat yang positif dan (diperkirakan tidak akan berkembang lebih tajam)
akan berkembang menjadi diskusi, sebaliknya justru akan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak, seperti:
Tambahan informasi baru.
Saling mengenal antar pribadi kedua belah pihak.
Belajar mencari solusi terbaik dengan pengendalian emosi.
Belajar menghargai perbedaan.
Bila situasi ini terjadi antara Anda dengan client atau sesama rekan kerja
atau dengan pimpinan, apa yang harus Anda lakukan?
Sesegera mungkin setelah Anda menangkap gejala tersebut, lakukan:
Tenangkan diri, jaga nafas Anda jangan terbawa emosi.
Tunjukkan kesan bahwa Anda mengerti bahwa ”dia” mulai tidak sejalan.
Jangan memaksa ”dia” untuk mengerti Anda, alihkan dengan memperlunak
target.
Jangan tergesa-gesa untuk minta maaf; dinginkan suasana dengan
mengalihkan sejenak dengan menawarkan minum (kalau mungkin) atau
upaya cari data yang lebih mendukung.
Alihkan pembicaraan secara halus untuk meredakan emosi teman bicara,
dan bila gejala konflik hilang, kembalilah pada pembicaraan inti dengan
halus.
55

Perhatikan responsnya, apakah gejala-gejala konflik yang Anda lihat,
sudah berkurang. Kalau belum, satu hal yang harus Anda ingat, sampai
di  mana wewenang Anda dalam masalah itu. Kalau memang sulit, tawarkan
apakah akan lebih senang kalau berbicara langsung dengan pimpinan (yang
lebih senior).
d)  Mengelola Situasi Beda Pendapat
Pada suatu kasus beda pendapat, mungkin akan terjadi ada pihak yang
”merajuk” (tidak puas tetapi terpaksa ”diam”) dan ada yang puas, sehingga
akan terjadi
”konflik terpendam”. Sebaliknya bila pihak yang tidak puas itu,
meluap emosinya dan mengatakan ketidakpuasannya secara emosional, akan
terjadi ”konflik nyata”  (bersitegang atau adu argumen).
Konflik terpendam: pihak yang merasa dirugikan ”diam” tidak langsung
action,  namun masalah tidak berarti selesai, bahkan dapat menimbulkan
image/citra yang negatif.
Konflik nyata: pihak yang merasa dirugikan langsung beraksi, tajam tidaknya
konflik  tergantung dari bagaimana cara kedua belah pihak dapat mengendalikan
emosi dan bagaimana cara pihak yang dirugikan mengutarakan
ketidaksenangannya.
Konflik terpendam maupun nyata, sebaiknya ditangani dengan bijaksana,
agar tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari.
Kiat dalam menangani konflik
Kenali dan analisis masalahnya serta kenali karakter personalnya
Lima tahap menangani konflik
–  Diagnose topik (masalah)
–  Mengutarakan pendapat Anda/respons
–  Dengarkan reaksi dan pahami apa prinsip teman bicara Anda
–  Kembali pada posisi dan prinsip utama Anda
–  Pecahkan masalah dengan negosiasi
Mengulangi inti pembicaraan yang sama dengan kata-kata/kalimat dan
intonasi yang berbeda, yang mungkin akan lebih dimengerti/dipahami.
Katakan ”tidak” bila memang perlu mengatakannya (tanpa harus menyakiti
dan membuat tidak senang) daripada membiarkan orang dalam
kebimbangan.
Memperlambat pembicaraan dengan memperinci permasalahan,
menyetujui beberapa hal yang Anda anggap tidak prinsip, namun tetap
mempertahankan prinsip-prinsip utama. Hal ini akan memperlunak teman
bicara  dan memberi peluang Anda untuk stabil (tidak emosional, agresif dan
pasif)
Bila perlu tunjukkan perasaan Anda yang sebenarnya, sehingga teman
bicara
Anda dapat segera merespons.
Upayakan agar pemecahan konflik, menyenangkan (tidak merugikan) kedua
belah pihak.
Bila terjadi stagnasi (jalan buntu), ambil kesepakatan untuk menunda
pembicaraan dan sepakati kapan akan dilanjutkan.
Kolaborasi adalah solusi yang terbaik yang menguntungkan kedua belah
pihak, khususnya untuk diskusi terbuka dan jujur. Kolaburasi mirip dengan
kompromi, di mana semua  pilihan  yang dianggap baik didiskus ikan untuk
56

mendapatkan solusi terbaik.
Waktu untuk mencapai kolaborasi ini tidak dapat dibatasi, tergantung dari
permasalahan dan pilihan-pilihan serta seberapa kuat pihak-pihak tersebut
mampu memberikan pengertian dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain.
Yang harus dihindari dalam proses ini adalah, jangan sampai perundingan
menjadi bertele-tele dan tidak efektif.
Ketegasan memimpin diskusi dan kemahiran mengendalikan orang lain
tanpa ada penekanan, sangat dibutuhkan. Konflik yang terjadi pada teman
dengan  client atau sesama rekan kerja, apa yang layak Anda lakukan?
Bila persoalannya pribadi, sebaiknya Anda agak menjauh, jangan
mendengarkan dan cari tahu, namun tetap waspada menjaga jangan sampai
terjadi perkelahian. Bila keadaan memanas, lebih baik Anda diam-diam
menghubungi  orang  yang berwenang (pimpinan, satpam atau orang yang
disegani).
Bila persoalannya menyangkut pekerjaan, dan Anda merasa mampu
untuk membantu, dengan sopan carilah saat yang tepat untuk ”link” dan
bantulah tanpa berpihak. Ingat jangan melihat ORANGNYA tapi lihat
PERSOALANNYA.
e) Membentuk
Teamwork
yang
Solid
Satukan visi, misi dan tujuan perusahaan dalam team.
Hargai semua kelebihan/keunggulan dari anggota team, sekecil apapun.
Cobalah untuk memaklumi kekurangan orang lain dalam team, dan
upayakan untuk membantu bila Anda mampu.
Selalu
positif thinking
tanpa melupakan waspada untuk antisipasi.
Keterbukaan informasi dan bertukar pengalaman tanpa menutupi
kekurangan yang telah dilakukan dan bagaimana menyelesaikan
masalah,  senantiasa di”sumbang”kan pada team untuk pelajaran bagi
anggota team yang lain.
Dengarkan dan hargai semua saran/ pandangan/masukan dari teman kerja,
dan kembangkan sebelum Anda memutuskan mana yang terbaik, dengan
tanggung jawab penuh, kalau perlu konsultasi dengan pimpinan/yang lebih
berwenang. Biasakan mencatat permasalahan dan cara mengatasinya (yang
dialami sendiri maupun teman) dalam buku kerja.
Menghargai perbedaan untuk pengambilan kesepakatan team.
Jaga hubungan baik anggota team, jangan emosi, dendam, iri hati.
57

f) Merespons Keluhan/Komplain
Mengapa timbul keluhan?
Keluhan timbul karena adanya ”
gap
”/perbedaan antara harapan dan
kenyataan sehingga menimbulkan kekecewaan. Harapan yang muncul dari
informasi (tentang produk) secara berlebihan sering dialami oleh tamu/costumer.
Apa tujuan seseorang mengajukan keluhan?
Niat baik untuk perbaikan mutu pelayanan.
Mengharapkan ganti rugi/kompensasi.
Menunjukkan diri akan statusnya dan tahu akan hak-haknya.
Mendengarkan      ialah
men deng ar, mencerna  dan
mengambil makna dari sebuah
informasi/pesan untuk diper-
gunakan   sebagai   modal   memberi
respon/ petunjuk/ informasi kepada
orang lain dan untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
Mengapa tamu enggan mengajukan keluhan?
Tidak semua orang yang merasakan ketidakpuasan bersedia mengutarakan
dalam bentuk keluhan, hal ini dikarenakan oleh:
Beranggapan bahwa kekurangan masih dalam toleransi.
Tidak perduli.
Tidak mengetahui dengan pasti hak-haknya.
Jera, karena tidak yakin bahwa keluhannya akan ditanggapi.
Malu atau takut jadi masalah yang berkepanjangan.
Bila tamu merasa puas akan pelayanan, dia akan bercerita kepada 3–5 orang
temannya, namun bila tamu merasa kecewa pada pelayanan, dia akan bercerita
lepada 12 orang atau lebih teman dan kerabatnya.
Complaint
(keluhan) harus dikelola
dengan   baik    karena   banyak
konsumen/  tamu  yang  enggan
datang kembali untuk berkunjung
karena keluhannya tidak ditanggapi
dengan baik.
Makna menangani keluhan/ complaint.
Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa:
1% dari pelanggan tak kembali karena meninggal dunia.
3% dari pelanggan tak kembali karena pindah tempat/alamat.
4% dari pelanggan berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
68% dari pelanggan berpindah perusahaan karena orang yang memberikan
pelayanan kurang memperhatikan adanya tamu dan kebutuhannya.
58

7 % pelanggan pindah ke perusahaan lain karena diusulkan teman.
9% pelanggan yakin mereka bisa membeli lebih murah di tempat lain.
8% pelanggan membeli sesuka mereka sesuai perubahan suasana hati.
Terlihat jelas bahwa kesalahan terbesar berada pada ketidak pedulian perusahaan
pada mutu pelayanan.
Mengapa kita harus menangani keluhan dengan baik?
Meningkatkan kepuasan kerja.
Anda akan merasa lebih nyaman karena bekerja tuntas.
Menunjukkan prestasi intonasi pada teman sekerja maupun atasan.
Mengurangi tekanan pada pekerjaan.
Pelanggan akan datang kembali pada Anda dan mereka adalah
iklan/promosi gratis untuk kita/perusahaan.
”Everyone should become marketer”
(semua orang dalam perusahaan bisa
menjadi pemasar) dan ”
Put yourself in the shoes of your customer
” (tempatkan
diri Anda dalam sepatu pelanggan Anda)
Keluhan sebaiknya ditangani secepat mungkin oleh petugas yang tepat
Pelanggan yang komplain akan kesal bila harus mengutarakan keluhannya
yang sama pada beberapa orang/bagian.
Mempercepat proses dan menghemat waktu.
Meningkatkan ”rasa percaya” pihak pimpinan pada petugas.
Melatih tanggung jawab petugas dan pendewasaan sikap karena
benturan permasalahan dapat diatasi.
Menganggap bahwa mengatasi masalah adalah suatu proses pembelajaran
yang paling mahal harganya.
Bila komplain diatasi dengan baik, akan menumbuhkan simpati pelanggan
dan promosi mutu pelayanan bagi pelanggan.
g) Langkah-Langkah Menangani Keluhan
Kenali wisatawan/tamu Anda, dengarkan
keluhan dengan sabar dan berikan respon positif.
Manusia itu ”unik”, kita dan juga tamu/pelanggan
adalah manusia dengan bermacam-macam
keunikannya. Keinginan dari tamu beragam s esuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing,
mungkinkah kita (produk kita) mampu
memenuhinya? Jawabannya adalah mustahil . . .!
Kecuali produk tersebut adalah produk khusus yang dirancang untuk
pesanan dengan spesifikasi khusus.
Mengatur emosi saat mendengar yang kurang menyenangkan:
Tetap tenang, jangan jadi beban dan asumsikan pelanggan marah tidak
kepada
Anda tapi pada perusahaan Anda, dan Andalah perantaranya.
Bicara pada diri sendiri: ”Hal ini menjengkelkan, tapi saya harus
b isa mengatasinya.”
Kuasai/atur nafas Anda agar tetap stabil.
59

Tetap mengacu pada
positif thinking.
Orang yang marah sedang dalam kondisi tidak stabil dan membutuhkan
perhatian.
Tunjukan sikap empati, untuk menyejukkan perasaan pelanggan:
Beri tanggapan yang mendukung.
Jangan menghindar, bersikaplah terbuka dan mau menerima masukan
Beri tanggapan positif dengan menggerakkan kepala secara empati dan
tunjukkan bahwa Anda memahami.
Jangan pernah melakukan argumentasi/debat dengan customer.
Katakan bahwa Anda benar-benar ingin membantu, atau tanyakan apa
yang mengganggu pikirannya, bila Anda menangkap kesan/petunjuk
kurang menyenangkan (melalui pengamatan non verbal).
h) Menindaklanjuti Keluhan
Periksa kembali apa yang telah Anda lakukan dan pastikan bahwa
pelanggan
Anda telah puas, dan jadikan komplain tadi sebagai bahan revisi
kebijakan.
Catat tanggapan pelanggan tentang penanganan komplain.
Beritahukan pada para pelanggan bahwa
pelayanan perusahaan semakin ditingkatkan
berkat masukan pelanggan dan ucapkan terima
kasih atas partisipasi mereka selaku mitra bisnis.
Pelanggan/wisatawan ibarat anak kecil yang rewel,
sulit diduga kemauannya dengan pasti, tapi mereka
adalah sumber hidup kita. Mereka adalah tamu yang
manis bila diperlakukan dengan manis dan tidak
membohonginya.
Keluhan pelanggan adalah peluang bukan penghalang. Keluhan pelanggan
bila ditindaklanjuti dengan baik, akan dapat mempertahankan pelanggan
dalam perusahaan dan Anda akan mendapat point dari pimpinan Anda
karena mampu mempertahankan  pelanggan.
Lakukan sesuatu yang terbaik pada kesempatan pertama, karena tak akan
ada kesempatan kedua, TARP (Technical Assistance Research Programs) di
Washington DC, mengingatkan dalam penelitiannya (statistik) bahwa sebagian
besar konsumen tidak berusaha menyampaikan keluhannya dan mereka
akan begitu saja meninggalkan Anda dan melakukan bisnis ke tempat lain.
96 % konsumen tidak mengadukan  keluhannya ke  tempat  pemasok,
tetapi justru menc eritakan pengalaman buruknya kepada sedikitnya orang
lain dan hanya 4 % yang benar-  benar mengadukan  keluhannya (mereka adalah
konsumen Anda yang paling setia dan care pada mutu layanan perusahaan
tersebut).
60

i)  Type- Type Pengeluh dan Mengatasinya
Untuk mampu menangani keluhan tamu, hendaknya kita mengenali
karakteristik pelanggan yang suka mengeluh.
Pengeluh pasif, mereka biasanya diam saja dan hanya menunjukkan wajah
muram tanpa mengungkapkan  kekecewaannya.
–  Perhatikan tanda-tanda non verbal.
–  Tanyakan dengan halus dan jelas, apa yang
kurang memuaskannya.
–  Jangan terlalu puas dengan jawaban: ”ah . .
tidak apa-apa kok . . . !”
–  Buat suasana nyaman dan aman untuk mengungkapkan keluhan.
Pengeluh agresif, dalam mewujudkan kekecewaannya mereka marah-marah
dan menuntut sesuatu dengan berbagai cara.
–  Dengarkan dengan empati, tenang, sabar
dan cermati permasalahannya.
–  Beri perhatian khusus dan tanggapi dengan positif.
–  Usahakan agar dia lebih tenang dengan
menawarkan tempat nyaman untuk bicara.
–  Lakukan tindak lanjut dengan segera.
Pengeluh pembangun/konstruktif, disampaikan dengan baik dan kritik
membangun dan mudah bernegosiasi mengatasi masalah.
–  Dengarkan setiap kata yang diucapkan dan pastikan
Anda
mengerti akan ketidakpuasannya.
–  Akui kekurangan Anda dan ucapkan terima kasih
atas saran-sarannya
–  Ingatlah, pengeluh type ini adalah mereka yang banyak pengalaman
dan mungkin lebih banyak dari pada Anda.
Untuk itu ketahuilah bahwa Anda adalah orang yang:
Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan perasaan/hati
– Mendengarkan keluhan secara aktif adalah alat efektif untuk
memisahkan masalah dari orangnya. Tujuan Anda adalah memperhatikan
”apa yang benar” daripada  ”siapa  yang benar”.
–  Jangan menghindar dari kenyataan atau menyalahkan orang lain
dan berdebat dengan pelanggan/tamu.
Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan permasalahan
–  Ingat keterbatasan wewenang yang dipercayakan pada Anda
dalam pengambilan solusi.
–  Carilah solusi dengan ”win-win” sehingga tidak merugikan pelanggan
maupun perusahaan.
Jangan menjanjikan sesuatu di
luar peraturan perusahaan!
61

3.   Rangkuman
Keluhan atau komplain adalah perwujudan dari ketidakpuasan yang dinyatakan
oleh pengguna jasa dalam bentuk sikap, kata-kata (tertulis maupun lisan). Diperlukan
kesabaran dan ketulusan untuk ”mendengarkan” keluhan. Tanggapi keluhan sesuai
dengan peraturan perusahaan, karena mereka komplain bukan terhadap Anda tetapi
terhadap pelayanan perusahaan, walaupun
di dalamnya
ada Anda. Keluhan dari
pelanggan jangan sekali-kali dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi
komplain merupakan ”cermin” dari kinerja perusahaan tempat bekerja. Jangan sekali-
kali berargumen/berdebat dengan pelanggan Anda, selesaikan masalah berdasarkan
fakta dan diskusikan/jelaskan kepada pelanggan bila ternyata ada kesalahpahaman.
4.   Tugas
Baca dan diskusikan kasus di bawah ini dengan kelompok Anda, cari solusinya
dan bermain peran dengan menyusun skenario lebih dahulu.
Kasus:
Anda seorang petugas lost & found di sebuah bandara. Datang serombongan
ibu-ibu, salah seorang dari mereka marah-marah (sambil menunjukkan kopernya yang
rusak seperti dirobek dengan cuter, dalam bagasi airline). Dia mengatakan pasti ini
upaya pencurian oleh petugas, dan minta penggantian atas kerusakan koper serta
3 lembar pakaian yang hilang. Apa yang akan Anda lakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar