Sabtu, 27 Juni 2015

comunity devloment (Konsep Pengorganisasian Masyarakat)



A.    Konsep Pengorganisasian Masyarakat
1.      Dasar Pemikiran
Pengorganisasian komunitas sebenarnya pemikiran dan pola kerjanya telah ada dan berlangsung sejak berabad-abad dahulu yaitu sebuah upaya membangun masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik, sejahtera dan adil dari sebelumnya. Hal ini mengacu pada harkat dan martabat kemanusian seutuhnya.
Sebagai suatu rumusan konsep pemikiran dan pola kerja yang sudah di kenal pada masa kehidupan Lao Tse di Cina pada abad ke-7 sebelumnya masehi. Pada abad ke 20, konsep dari pemikiran dan pola kerja pengorganisasian masyarakat tersebut menjadi popular kembali sebagai reaksi terhadap gagasan dan praktek-praktek pembangunan atau “modernisasi” yang ternyata berujung pada terinjak-injaknya harkat kemanusian dan pengurasan secara dahsyat berbagai sumber daya alam untuk kepentingan sekelompok kecil manusia di bumi. (Mubarak, dkk, 2006).

2.      Definisi
Pengorganisasian komunitas merupakan suatu proses ketika komunitas atau kelompok dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan itu dan selanjutnya mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas, tetapiberdasarkan atas sumber daya yang berasal dari luar. Usaha tersebut diatas di Indonesia dapat dilakukan secara gotong royong.(Sumijatun, dkk,2005)
Pengorganisasian masyarakat Menurut Notoatmodjo (1997, dalam Effendi, 2009) adalah suatu proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara gotong royong.





3.      Aspek penting yang terkandung dalam pengorganisasian masyarakat
Menurut Effendi (1998) dalam definisi tersebut ada 3 aspek penting yang terkandung didalamnya yaitu :
a.       Proses
1)      Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin pula tidak
2)      Jika proses disadari, berarti masyrakat menyadari adanya kebutuhan
3)      Dalam prosesnya ditemukan unsur-unsur kesukarelaan, kesukarelaan timbul karena adanya kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk mengatasinya
4)      Kesukarelaan terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau masyarakat
5)      Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya di temukan pada segelintir orang saja yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya.
6)      Selanjutnya mengintruksikan kepada masyarakat untuk bersama-sama mangatasinya

b.      Masyarakat : diartikan sebagai kelompok besar yang mempunyai
1)      Batas-batas geografis
2)      Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar
3)      Kelompok kecil yang menyadari masalah harus dapat menyadarkan kelompok yang lebih besar
4)      Secara bersama-sama mereka mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.

c.       Memfungsikan masyarakat: untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
2)      Menyusun rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan masyarakat.
3)      Melakukan upaya penyebaran rencana agar masyarakat dapat menyebarkan rencana tersebut

4.      Perencanaan dalam Pengorganisasian Masyarakat
Menurut Subiyakto (1978, dalam Sumijatun, 2005) salah satu faktor yangg penting dalam pengorganisasian komunitas adalah rencana kegiatan yang terdapat dua bentuk seperti yang diuraikan berikut ini :
a.       Bentuk langsung (direct)
1)      Indentifikasi masalah atau kebutuhan yang dapat dilakukan melalui tokoh masyarakat (key-person) atau bisa juga melalui musyawarah kelompok (komunitas)
2)      Perumusan masalah : yang dinyatakan dengan cara yang menggugah serta dapat menarik minat dan partisipasi masyarakat. Sebaliknya bila tidak dilakukan dengan baik mungkin dapat mendatangkan kegagalan
3)      Menggunakan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut

b.      Bentuk tidak langsung (inderect)
Disini diperlukan adanya individu-individu yang menyakini tentang adanya masalah/kebutuhan yang bila dilakukan tindakan tertentu akan memberi manfaat kepada masyarakat. Selanjutnya orang-orang ini harus mampu meyakinkan pihak lain tentang hal ini. Secara formal orang-orang ini misalnya pihak pemerintaha, tetapi bisa juga secara informal yakni melalui “key-person” seperti dikemukan di atas.
Hal ini dapat berupa perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu :
a.       Untuk menampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh para petugas
b.      Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini.





5.      Pendekatan dalam Pengorganisasian Masyarakat
a.       Spesific content objective approach
Adalah pendekatan baik perseorangan (promotor kesehatan desa), lembaga swadaya atau badan tertentu yang merasakan adanya masalah kesehatan dan kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan kesehatan mengajukan suatu proposal atau program kepala instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Misalnya program penanggulangan sampah
b.      General content objektive approach
Adalah pendekatan yang mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam suatu wadah tertentu. Misalnya program pos pelyanan terpadu yang melaksanakan 5 sampai 7 upaya kesehatan yang dijalankan sekaligus, seperti KIA, KB, gizi, imunisasi, penanggulangan diare, penyedia air bersih, dan penyediaan obat-obat esensial
c.       Process objektive approach
Adalah pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pengambil prkarsa, mulai dari mengidentifikasi maslah, analisa, menyusun perencanaan penanggulangan masalah, pelaksana kegiatan, sampai dengan penilaian dan pengembangan kegiatan, di mana masyarakat sendiri yang mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Dan yang dipentingkan dalam pendekatan ini adalah partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat dalam pengembangan kegiatan.

6.      Persyaratan yang dipenuhi oleh perawat kesehatan komunitas dalam pengorganisasian masyarakat
a.       Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsip organisasi, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat
b.      Memahami konsep proses keperawatan kesehatan komunitas
c.       Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka, mengajaknya untuk bekerja sama, serta membangun rasa saling percaya antara perawat dan masyarakat
d.      Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang dapat dihubungi jika diperlukan bantuan
e.       Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat
f.       Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu
g.      Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya
h.      Mempunyai pengetahuan dasar mengenai keterampilan (skills) tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh
i.        Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar