Sabtu, 27 Juni 2015

konsep diri

assalamualaikum wr wb ....
hari ini saya akan sedikit sharee tentang materi yg berkaitan dengan pendidikan keperawatan
semoga informasi yang saya sampaikan akan sedikit membantu temen temen yg cuku sulit dalam menyelesaikan tugas tugas atau materi yg di didapat dari kampus..hhe
semoga membantu ya ...




Konsep diri



      A.    Pengertian


Konsep diri adalah cintra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita kepada orang lain. Konsep diri. Kita membentuk konsep diri dari usia muda. (Perry & Potter, 2005).
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri tidak meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian individu. (Pustaka familia, 2006)
Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psokologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. (Kozier, 2010)
Konsep diri adalah semua ide-ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuart & sundeen, 1998)
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. ( Tarwoto,  2004)
         Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya dalam hal harga diri dan martabat (Videbeck, 2008).


Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Sunaryo, 2004) 
Konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri (Willoughby, King dan Polatajko, 1996)

      A.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-fator tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang-orang terpenting atau terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
1.      Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2.      Significant Other ( Orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi dari pandangan orang lain terhadap diri, anak sangan dipengaruhi oleh orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.




  

1.      Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilainnya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan Intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

Menurut Tarwoto (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu :
1.      Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembanngan anak seperti lingkungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri.
2.      Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya.
3.      Sumber eksternal dan internal
Contoh eksternal : adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. Contoh internal : orang yang humoris, kopping individunya lebih efektif.
4.      Usia, keadaan sakit dan trauma
Usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi diri seseorang.

Dalam kehidupan misalanya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan, jika koping individu  tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
1.      Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderunagan bahwa riwayat sukses akan meningakatkan konsep diri.

Menurut kozier (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu :
1.      Perkembangan
Saat individu berkembang, factor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai contoh bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih saying. Sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.
2.      Keluarga dan Budaya
Nilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh keluarganya dan budayanya. Selanjutnya teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian mempengaruhi rasa dirinya. Ketika anak berkontraksi dengan membedakan harapan dari keluarga, budaya dan teman sebaya. Sebagai contoh anak mungkin menyadari orang tuanya mengharapkan dia tidak minum alcohol dan mengharapkan dia menghadiri layanan agama setiap sabtu malam. Pada saat bersamaan teman sebayanya meminum bir dan mendorongnya untuk menghabiskan malam sabtunya bersama mereka.
3.      Stressor
Stressor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Di pihak lain stressor yang berlebihan dapat menyebabkan respons maladaptive termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani stressor sangat bergantung pada sumber daya personal
4.      Sumber Daya
Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar jumlah yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.
5.      Riwayat Keberhasilan dan Kegagalan
Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan.
6.      Penyakit
Penyakit dan trauma dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang wanita yang telah menjalani mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak lagi manarik. Selain itu kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai dirinya sendiri.

A.    Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima, yakni : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
1.      Gambaran diri (citra tubuh)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
2.      Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya).
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman. Gangguan idela diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
a.       Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
b.      Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
c.       Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang realitas keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, rendah diri.

3.      Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan yang berharga, jika individu sukses maka cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal cenderung harga diri rendah.
Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) ada empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak:
a.       Memberikan kesempatan untuk anak berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudia beri pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
b.      Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
c.       Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna.
d.      Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal  mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a.       Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba. Misal: dicerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, operasi.
b.      Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondiri ni mengakibatkan respon yang maladaptive.

4.      Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
a.       Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b.      Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perlaku dan penampilan yang diharapkan.
c.       Peran yang tidak sesuai: terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
d.      Peran berlebih: jika seorang individu menerima banyak peran missal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa di tuntut melakukan banyak hal terjadi tidk terjadi waktu untuk menyelesaikan.
5.      Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat, B.A, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan dan penguasaan dri seorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam cirri pertahanan ego :
a.       Mengenal diri sendiri sebagai organism yang utuh dan terpisah dari orang lain.
b.      Mengakui jenis kelamin sendiri.
c.       Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d.      Menilai dir sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e.       Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f.       Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

B.     Rentang Respon Konsep Diri
Rentang respon konsep diri
( Skema : Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)

Pengertian :
a.       Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b.      Konsep diri positif : apabila indivdu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
c.       Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptive
d.      Kekacauan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e.       Depersonalisasi : perasaan  yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 2005)


Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatarbelakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. . Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perawat dalam pengkajain kepada kliennya, juga meliputi konsep diri. Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan benar membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
Daftar pustaka
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartona. 2004. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Ed.1. Jakarta: Salemba medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart, G. W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3. EGC: Jakarta
Videbeck, Sheila. L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar