Model
konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model
konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan
tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual
dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka
kerja dalam riset keperawatan.
Ada
berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam
bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya
menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu :
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan
bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara
memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah
makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.
A.
Aplikasi
Teori Konseptual Roy
Model Adaptasi Roy telah
menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses keperawatan yang lengkap.
Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan dimulai dari :
1.
Pengkajian tingkat
pertama
Mengumpulkan data perilaku out put seseorang sebagai sistem adaptasi
dihubungkan dengan 4 adaptive mode : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan interdependent. Pengkajian tahap pertama ini berkenaan dengan
pengkajian perilaku, yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematika dan
holistic. Pelaksanaan dan pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif
tersebut memberikan gambaran keadaan klien pada tim kesehatan lainnya.
2.
Pengkajian tingkat
kedua
Setelah
pengkajian tahap pertama perawat dapat menganalisa data yang timbul
dan pola-pola perilaku pasien untuk
mengidentifikasi respon tidak efektif atau respon adaptif
yang diperlukan untuk mendukung tindakan perawat. Bila perilaku tidak efektif
atau respon adaptif ada, perawat melakukan pengkajian tahap kedua
Pada
fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus
fokal, contekstual, dan residual yang mempengaruhi pasien. Proses ini
mengklarifikasi etiologi dari problem dan mengenai faktor-faktor contekstual
dan residual yang berarti.
3.
Diagnosa keperawatan
Diagnosis
keperawatan adalah respon individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri
sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah :
a.
Berorientasi
pada kebutuhan dasar manusia
b.
Menggambarkan
respon individu terhadap proses, kondisi dan situasi sakit
c.
Berubah
bila respon individu juga berubah.
Unsur
dalam diagnosis keperawatan meliputi problem / respon (P); etiologi (E); dan
Signslsymptom (S), dengan rumus diagnosis P+E+S, diagnosis keperawatan dan
diagnosis medis mempunyai beberapa perbedaan sebagaimana tersebut pada table di
bawah ini :
Diagnosis
medis
|
Diagnosis
keperawatan
|
1. Fokus
: faktor-faktor pengobatan penyakit
2. Orientasi
: keadaan patologi
3. Cenderung
tetap mulai masuk sampai pulang.
4. Mengarah
tindakan medis (pengobatan) yang sebagian dilimpahkan kepada perawat
5. Diagnosis
medis melengkapi diagnosis keperawatan
|
1.
Focus
: respon klien, tindakan medis dan faktor lain.
2.
Orientasi
: kebutuhan dasar manusia (KDM )
3.
Berubah
sesuai perubahan respon klien
4.
Mengarah
pada fungsi mandiri perawat
5.
Diagnosis
keperawatan melengkapi diagnosis medis.
|
Roy
mendefinisikan tiga metode untuk menyusun diagnosis keperawatan:
Ø Menggunakan tipologi
yang dikembangkan
oleh roy dan berhubungan
dengan 4 model adaptasi(tabel masalah adaptasi) dalam mengaplikasikan metode
diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn. Sigit adalah “ Hipoksia”.
1)
Memenuhi
kebutuhan oksigen
Kriteria :
a.
Menyiapkan
tabung oksigen dan flowmater
b.
Menyiapkan
homidifier berisi air
c.
Menyiapkan
selang nasal/ masker
d.
Memberikan
penjelasan kapeda klien
e.
Mengatur
posisi klien.
f.
Memasang
selang nasal / masker
g.
Memerhatikan
reaksi klien
2)
Memahami
kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit
Kriteria:
a.
Menyiapkan
peralatan dalam dressing care
b.
Menyiapkan
cairan infus/makanan/ darah
c.
Memberikan
penjelasan pada klien
d.
Memberikan
penjelasan pada klien mencocokan jenis cairan / darah/ diet makanan
e.
Mengatur
posisi klien
f.
Melakukan
pemasangan infus /darah /makanan
g.
Mengobservasi
reaksi klien
3)
Memenuhi
kebutuhan eliminasi
Kriteria:
a.
Menyiapkan
alat pemberian huknah/gliserin/dulcolak dan perawatan pemasangan ateter
b.
Memerhatikan
suhu cairan atau ukuran kateter
c.
Menetup
dan memasang selimut
d.
Mengobservasi
keadaan feses/urine
e.
Mengobservasi
reaksi klien
4)
Memenuhi
kebutuhan aktifitas atau istirahat atau tidur
Kriteria:
a.
Melakukan
latihan gerak pada klien tidak sadar
b.
Melakukan
mobilitasi pada klien pasca operasi.
5)
Memiliki
kebutuhan intergitas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria :
a.
Memandikan klien yang
tidak sadar / kondisinya lemah.
b.
Mengganti
alat-alat tenun sesuai kebutuhan / kotor
c.
Merapikan
alat-alat klien
6)
Mencegah
dan mengatasi reaksi fisiologis kriteria
a)
Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan
b)
Melakukan
tes Alergi pada pemberian obat baru
c)
Mengobservasi reaksi klien
Ø Menggunakan perrnyataan
dari perilaku yang tampak dan berpengaruh terhadap stimulunya. Dengan
menggunakan metode diagnosis ini maka diagnosisnya adalah “nyeri dada
disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhuungan dengan cuaca
lingkungan yang panas.
1)
Standar
tindakan gangguan konsep diri ( psikis ) Memenuhi kebutuhan
emosional dan spiritual
Kriteria :
- Melaksanakan orientasi pada klien baru
- Memberikan penjelasan tentang tndakn yang dilakukan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana
- Memperhatikan setiap keluhan klien
- Memotivasi klien untuk berdoa
- Membantu klien untuk beribadah
- Memperhatikan pesan-pesan klien
2)
Standar
tindakan pada gangguan peran (sosial)
1.
Meyakinkan
klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat
2.
Mendukung
upaya kegiatan/kreatifitas klien
3.
Melibatkan
klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada dirinya
4.
Melibatkan
klien dalam setiap mengambiil keputusan menyangkut diri klien
5.
Bersifat
terbuka dan komunikatif pada klien
6.
Mengizinkan
keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
7.
Perawat
dan keluarga selalu mmemberikan pujian atas sikap klien yang positif dann
perawatan
8.
Perawat
dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang
negatif
3)
Standar
Tindakan pada Gangguan Interdependence ( ketergantungan )
- Membantu klien memenuhi makan & minum
- Membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi ( urine & alvi )
- Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri ( mandi )
- Membantu klien berhias / berdandan
Ø Berhubungan dengan
stimulus yang sama. Misalnya jika seseorang petani mengalami nyeri dada saat ia
bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini diagnosis yang sesuai
adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (miokardial)
untuk bekerja saat cuaca yang panas “
4.
Tujuan
Tujuan
adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat setelahtindakan keperawatan
dan penjelasan berhasil dilakukan.
5.
Intervensi
Adalah
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
mengatasimasalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
Suatu perencanaan
dengan tujuan merubah atau memanipulasi local, kontekstual, residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping
secara luas, supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan
intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan menggunakan
koping yang konstruksif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energy untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi).
Tujuan
jangka pendek mengidentfikasi harapan perilaku klien setelah memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual.Pengembangan kriteria standars
intervensi keperawatan menurut adaptasi akan digunakan oleh peneliti sebagai
instrumen untuk mengukur kinerja perawat
dalam menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.
6.
Evaluasi
Adalah
penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasilyang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap pelaksanaan.
A.
Kesimpulan
Roy (1984)
menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : hidup,
tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya
tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal,
konteksual dan residual.
B.
Saran
Secara
umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model
keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model
praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat
harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit .
Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, konteksual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada
daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme
koping yang lain.
Pada
situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya
melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan
respon adaptif.
Pada
situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang
mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu
mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya.
Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima.
Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan
melaksanakan fungsi perannya secara optimal.