A.
JENIS KEGIATAN GERAKAN PEMBERDAYAAN
Menurut
Wahyudi (2012) jenis kegiatan gerakan pemberdayaan antara lain:
1.
Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan individu dilakukan oleh
setiap petugas institusi kesehatan terhadap individu-individu yang datang
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selain itu juga terhadap individu-individu
yang menjadi sasaran kunjungan (misal-nya dalam upaya keperawatan kesehatan
masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Tujuan dilakukannya pemberdayaan
individu terutama adalah untuk memperkenalkan perilaku baru kepada individu
(yang mungkin juga merupakan pengganti dari peri-laku yang selama ini
dipraktikkan oleh individu tersebut). Misalnya saja perilaku menimbang balita
secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita. Perilaku
ini dapat diperkenalkan kepada individu-individu ibu yang membawa balitanya
berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan
pengobatan untuk balitanya, dapat disampaikan informasi tentang manfaat
menimbang balita secara berkala, bagaimana mencatat dan menggunakan catatan
(yaitu KMS), dan di mana si ibu dapat melakukan penimbangan yang dimaksud
(yaitu di Posyandu).
Ibu yang dikunjungi ke rumahnya,
mungkin karena berhenti memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, padahal
seharusnya masih harus melakukan hal itu (drop out). Atau karena
sebab-sebab lain.
Seorang Bapak yang dikunjungi ke
rumahnya, mungkin karena yang bersangkutan tidak memberikan kabar sepulang dari
konsultasi tentang jamban. Atau tidak datang mengambil obat TBC ke Puskesmas.
Atau karena sebab-sebab lain.
Murid sekolah atau madrasah atau
santri pesantren yang ditangani secara individu, mungkin karena menderita
karies gigi atau gizi kurang, atau =masalah kesehatan lain. Saat
kunjungan ini dilakukan proses Pemberdayaan sesuai dengan masalah yang
dihadapi.
Metode yang digunakan dalam hal ini
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan
bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/ foto, dan
skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (jika dipakai
kunjungan).
2.
Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh
petugas intitusi kesehatan yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga.
Yaitu keluarga dari individu pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain
yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Tujuan dilakukannya pemberdayaan
keluarga adalah untuk memperkenalkan perilaku baru (yang mungkin sebagai
pengganti dari perilaku yang selama ini dipraktikkan keluarga tersebut).
Misalnya buang air besar di jamban, mengonsumsi garam beryodium, memelihara
taman obat keluarga, menguras bak mandi-menutup persediaan air-mengubur
benda-benda buangan yang dapat menahan/menampung air (3M), mengonsumsi makanan
berserat.
Pada saat kunjungan rumah ini semua
anggota keluarga dikumpulkan dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku
yang diperkenalkan. Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga
anggota-anggota keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke
mau. Bila sarana untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia,
diharapkan juga sampai tercapai fase mampu melaksanakan (misalnya: mencuci
tangan pakai sabun, BAB di jamban, minum air yang matang, dll).
Metode yang digunakan dapat berupa
salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi kelompok terarah,
dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: poster, lembar balik, gambar/foto,
dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa.
3.
Pemberdayaan Masyarakat Umum
Gerakan pemberdayaan juga dapat
dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat, melalui upaya
penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community organization/community
development).
Sasarannya dapat berupa orang
dewasa, dapat juga murid-murid sekolah atau santri-santri. Salah satu hasil
dari upaya ini dapat berujud upaya-upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM)
seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Bina
Keluarga Balita (BKB), Warung Obat Desa (WOD), Panti Pemulihan Gizi, Dokter
Kecil, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Kelompok
Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan, Posyandu Usila,
Panti Wreda, Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM), Taman Obat Keluarga (Toga), Dana Sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), dan lain-lain. Melalui metode yang sama (yaitu
pengorganisasian masyarakat) dapat pula dibentuk Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Yaitu suatu badan yang menghimpun berbagai potensi masyarakat seperti
tokoh masyarakat, LSM, dan dunia usaha, yang berperan sebagai mitra Puskesmas
dalam pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.
Penggerakan atau pengorganisasian
masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah
masalah yang dihadapi individu-individu menjadi masalah bersama. Setelah itu,
lalu dirumuskan upaya bersama yang dapat dilaksanakan oleh kelompok untuk
mengatasi masalah tersebut. Tidak jarang, untuk lebih meyakinkan kelompok dan
dalam rangka perencanaan yang baik dalam mengatasi masalah, kelompok dibantu
untuk melakukan survei sederhana (Community Self Survey atau CSS).
Dalam pelaksanaan pemecahan masalah,
petugas kesehatan memberikan bantuan teknis dan sebaiknya juga material seperti
obat, KMS, dan lain-lain. Jika petugas kesehatan tidak mampu memberikan bantuan
material, kiranya, bekerja-sama dengan mitra potensial terkait.
4.
Gerakan pemberdayaan di Rumah Sakit
a. Pemberdayaan
Individu Pasien
1) Kategori pasien
a) Pasien yang sedang sakit akut
Selama pasien sakit akut, semua
perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan pada upaya untuk
menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan. Suasana seperti
ini tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan. Namun petugas kesehatan
sudah dapat mulai merencanakan upaya Pemberdayaan yang nanti akan dilakukannya.
b) Pasien yang dalam penyembuhan
Pada saat pasien sudah memasuki masa
penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang
penyakitnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak
acuh karena mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti
ini, Pemberdayaan memang harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan
kesadaran akan adanya masalah.
c) Pasien dengan penyakit kronis.
Adapun pasien dengan penyakit kronis
dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti misalnya agresif, apatis,
atau menarik diri. Hal ini karena penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh
fisik dan kejiwaan serta dampak sosial ekonomi kepada penderita-nya. Kepada
pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas kesehatan sungguh sangat
diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi kesehatan atau Pemberdayaan.
2) Tujuan pemberdayaan terhadap
individu-individu pasien
Tujuan pemberdayaan terhadap
individu-individu pasien adalah agar yang bersangkutan:
a) Mengembangkan pengertian dan sikap
tentang penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang harus dilakuka dan
kemudian terdorong untuk:
(1) Mengembangkan pengertian dan sikap tentang
penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian
terdorong untuk:
(2) Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatannya. Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran
petugas kesehatan Rumah Sakit dalam pengobatan penyakitnya.
(3) Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang
sedang dideritanya.
(4) Mencegah terjadinya penularan penyakitnya
kepada orang lain.
(5) Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang
lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang dideritanya.
b) Mengembangkan pengertian dan sikap
tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah
rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan
ke Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan
menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
Metode yang digunakan dalam hal ini
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan
bimbingan, yang dilakukan di samping tempat tidur pasien (bedside health
promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang
dipilih dapat dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi
yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik,
gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila
digunakan untuk bedside health promotion).
5.
Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan terhadap
keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan guna
mendukung pasien dalam bentuk:
a. Dukungan moral dan atau material
dalam penyem-buhan penyakit.
b. Upaya mencegah agar penyakit yang
diderita pasien tidak menular kepada orang lain.
c. Upaya mencegah agar jika pasien
sudah sembuh tidak terserang kembali oleh penyakit yang sama.
Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok
yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat pula disebut sebagai Bina Suasana di
lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya
dilakukan sebelum atau sesudah keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu
dengan jalan mengelompokan serta mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan,
sesuai dengan penyakit pasien yang dijenguknya.
Metode yang digunakan dapat berupa
salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster,
gambar/foto, dan skema, atau media lain.
- Langkah-langkah kegiatan gerakan pemberdayaan di masyarakat
Ada 5 (lima) langkah pokok dalam
melakukan kegiatan pemberdayaan di masyarakat menurut Wahydi (2012) yaitu:
1. Pendekatan kepada tokoh masyarakat
2. Diagnosis masalah kesehatan oleh
masyarakat
3. Perumusan upaya penanggulangan
masalah kesehatan oleh masyarakat
4. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan
masalah kesehatan oleh masyarakat
5. Pembinaan dan pengembangan.
Adapun langkah-langkah secara rinci
tentang pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan kepada tokoh masyarakat
Pendekatan tokoh masyarakat
merupakan tahap pertama yang harus dilakukan sebelum meng-implementasikan suatu
program di suatu wilayah tersebut. Tokoh masyarakat merupakan panutan
masyarakat setempat. Semua yang telah disetujui tokoh masyarakat akan berjalan
lancar, sebaliknya bila para tokoh masyarakat tidak merestui kegiatan tersebut,
jalannya program akan tersendat-sendat. Pendekatan kepada mereka dapat
dilakukan melalui hubungan antar manusia yang baik dan bersahabat
Forum untuk mendekati tokoh
masyarakat ini antara lain melalui kunjungan rumah, pertemuan perorangan,
pembicaraan informal di berbagai kesempatan dan pertemuan dengan kelompok
kecil.
Setelah para tokoh masyarakat
didekati secara interpersonal, perlu diadakan pembahasan bersama para tokoh
masyarakat tersebut antara lain melalui pertemuan khusus, misalnya: melalui
sarasehan dengan tokoh masyarakat untuk membahas program yang akan dilaksanakan
di wilayahnya. Dapat juga menggunakan forum komunikasi yang sudah ada seperti
“selapanan desa, rembuk desa” dan lain-lain, namun topik pembicaraan adalah
program yang kita maksud.
2.
Diagnosis masalah kesehatan oleh masyarakat
Diagnosis masalah kesehatan oleh
masyarakat merupakan kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah mereka
sendiri, serta potensi yang mereka miliki untuk mengatasi masalah tersebut.
Caranya dengan melakukan survei mawas diri (SDM). Melalui kegiatan SDM
masyarakat diajak untuk mengenali permasalahan kesehatan yang mereka hadapi
sehingga memperoleh gambaran masalah kesehatan menurut apa yang dirasakan dan disepakati
keluarga serta dapat mengenali potensi yang ada disekeliling mereka. Pengenalan
masalah kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya :
a.
Mengajak wakil keluarga untu melihat langsung cara hidup
bersih dan sehat yang dilakukan oleh keluarga desa yang lebih maju dari desa
mereka.
b.
Melalui foto atau gambar
c.
Menggunakan alat bantu pemantauan keadaan keluarga.
Macam data
yang dikumpulkan :
a.
Data umum yaitu data tentang potensi desa (merupakan data
sekunder, dapat diperoleh dari data statistik desa)
b.
Data khusus yaitu tentang identitas keluarga, keadaan
kesehatan (misalnya diare, batuk pilek, malaria, Tb. Paru dan lain-lain)
c.
Data perilaku, sehubungan dengan masalah kesehatan yang ada
misalnya tentang diare. Maka data perilaku yang dimaksud adalah pengetahuan
masyarakat tentang diare, penyebabnya, cara pencegahannya dan kebiasaan
masyarakat yang berhubungan dengan diare dan lain-lain. Atas dasar hal tersebut
diatas, petugas membantu membuat diagnosis masalah kesehatannya, membantu
mencarikan cara yang tepat agar mempermudah mereka mengenali dan menggali
potensi yang mereka miliki.
Hasil SDM setelah direkapitulasi
dibawa ke forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Dalam MMD ini diundang para pemimpin
baik formal maupun informal, para tokoh masyarakat dan anggota masyarakat.
Dalam pertemuan ini disampaikan temuan dari survei mawas diri untuk dibahas
bersama upaya mengatasinya.
Langkah-langkah pembahasan pada
musyawarah masyarakat desa adalah sebagai berikut :
a. Pemaparan temuan serangkaian masalah
kesehatan dan sederetan potensi/sumber daya setempat yang mungkin bisa
digunakan untuk menanggulanginya.
b. Memandu peserta musyawarah untuk
menggali tenaga, dana, material atau pemikiran inovatif lainnya.
c. Atas dasar prioritas masalah yang
telah disusun dan potensi masyarakat yang tergali, dibuat rencana kegiatan
penanggulangan masalah, lengkap dengan jadwal kegiatannya.
3.
Perumusan upaya penanggulangan masalah kesehatan oleh
masyarakat dan perencanaan
Perumusan upaya penanggulangan
masalah kesehatan oleh masyarakat atas dasar musyawarah ini merupakan kekuatan
politis yang tangguh untuk menggali dan meningkatkan peran masyarakat, serta
menjamin kelestarian program.Peran petugas dalam musyawarah masyarakat ini
adalah memandu jalannya musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.
Ada
beberapa patokan yang dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah,
antara lain :
a.
Kegawatannya : besar/kecilnya akibat masalah
kesehatan ini bagi masyarakat.
b.
Mendesaknya : berkaitan dengan waktu. Kalau
tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan akibat yang serius.
c.
Penyebarannya : semakin banyak penduduk atau
semakin luas wilayah yang terkena, menjadi semakin penting.
d.
Sumber daya yang dimiliki : kaitannya dengan kemampuan yang
mereka miliki untuk mengatasi masalah tersebut dana, sarana, tenaga, dan
teknologinya.
- Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan penaggulangan
masalah kesehatan oleh masyarakat, merupakan rangkaian penerapan kegiatan
sebagai penjabaran dari perumusan upaya penaggulangan yang telah disusun
menjadi suatu rencana kegiatan, yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah
kesehatan. Rangkaian kegiatan ini dapat berjangka waktu pendek, sedang dan
lama. Namun minimal 1 tahun berjalan harus diadakan penilaian. Jenis kegiatan
bervariasi mulai dari yang sangat sederhana sampai yang rumit, semua tergantung
pada kesepakatan yang diambil dalam musyawarah masyarakat.
Pelaksanaan
kegiatan penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat dibagi menjadi 4
tahap yaitu :
a. Tahap
persiapan (P1)
Mempersiapkan tenaga pelaksana yaitu
tenaga pembangunan desa yang sudah dipilih sebelumnya dan sudah melaksanakan
SDM dengan pelatihan, orientasi, lokakarya dan lain-lain, pelatihan yang
diselengarakan harus praktis, mengutamakan latihan keterampilan. Metode yang
banyak digunakan dalam pelatihan antara lain demonstrasi, bermain
peran/permainan simulasi, diskusi kelompok. Lamanya pelatihan tergantung jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Disamping pelatihan atau orientasi
upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan keterampilan petugas dan
masyarakat dapat melalui cara-cara sebagai berikut :
1)
Diskusi kelompok terarah (DKT), bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan, keterampilan keluarga/masyarakat dalam menggali dan
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
2)
Kunjungan rumah (memberikan informasi yang lebih rinci).
3)
Penyuluhan massa, menciptakan kesadaran dan membentuk opini
yang mendukung
- Tahap pelaksanaan (P2)
Sesudah tenaga pelaksana dilatih,
diharapkan mampu melaksanakan kegiatan yang telah disusun, sehingga secara
bertahap dapat mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi, sekaligus,
membuktikan apakah “rencana” yang mereka susun sudah tepat. Namun demikian
petugas perlu memantau bila ternyata ada kekeliruan bisa segera diperbaiki.
Peran petugas adalah memberikan bimbingan teknis secara teratur dan
berkesinambungan.
- Tahap menilai kegiatan yang sudah dilaksanakan
Penilaian merupakan suatu hal yang
penting dalam proses perubahan. Masyarakat harus dapat melihat sampai dimana
rencana kegiatan yang telah mereka susun sudah terlaksana. Apakah ada hal-hal
yang perlu penyempurnaan atau perbaikan.Pada tahap ini diharapkan masyarakat
melakukan penilaian yang mereka susun. Penilaian dilakukan secara sederhana dan
praktis.
- Pembinaan dan pengembangan.
Langkah terakhir dari serangkaian
kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah pembinaan dan pengembangan program.
Setiap pelaksanaan program harus dibina agar mantap jalannya. Setelah mantap
harus dikembangkan, agar tidak jenuh dan makin maju tingkat pencapaiannya.
Pemantapan dan pembinaan juga
bermaksud memantapkan dan mambina pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi
para tenaga pembangunan desa, masyarakat dan keluarga sendiri di bidang
kesehatan.
Pembinaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain :
a. Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan
bahwa supervisi petugas amat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh
karena itu, supervisi secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan,
supervisi ke bawah sebaiknya dikembangkan menjadi suatu sistem penilaian yang
utuh.
b. Forum
komunikasi
Forum komunikasi antara petugas
lintas program dan sektor di tingkat kabupaten, maupun kecamatan merupakan
wahana pemantauan yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi
terpadu, hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat
membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemui di
lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga perlu dibentuk
sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan desa dengan toloh masyarakat
baik formal maupun non formal. Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa dapat
menyampaikan pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan
serta keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai wadah untuk
pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang disusun dan lain-lain sehingga
dapat berfungsi untuk pemantauan dan penilaian oleh masyarakat sendiri.
c. Menunjukkan
film-film pembangunan kesehatan untuk memotivasi pelaksana pembangunan desa dan
masyarakat.
d. Kunjungan
tamu dari luar
Kegiatan ini dapat merangsang
masyarakat untuk membenahi desanya karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai terlalu
sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan masyarakat.
e. Wisata
karya ke tempat lain yang lebih maju
Kegiatan ini dapat memperluas
wawasan, dan memotivasi masyarakat untuk lebih maju.
f. Perlombaan-perlombaan
desa sehat secara teratur.
g. Penerbitan
majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara lain :
Kegiatan-kegiatan di desa
bersangkutan, cara pencegahan penyakit yang sedang berjangkit, misalnya muntah
berak, atau demam berdarah, pengalaman pelaksana pembangunan desa, dll
h.
Pengembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat
Pengembangan dilakukan apabila
kegiatan di wilayah uji coba telah seperti yang diharapkan, maka perlu
dilakukan kegiatan perluasan atau pengembangan ke daerah terutama di wilayah
sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1)
Pertama-tama wilayah uji coba menyiapkan dokumentasi
kegiatan serta hasil yang diperoleh
2)
Selanjutnya mengundang tokoh masyarakat yang ada di wilayah
sekitar daerah uji coba untuk mengikuti pertemuan serta melakukan peninjauan di
wilayah yang sudah berhasil. Pada acara pertemuan para tamu ditunjukkan
dokumentasi (slide, film atau foto) yang telah berhasil beserta gambaran proses
kegiatannya.
3)
Pada akhir pertemuan atau kunjungan dilakukan pembahasan
kemungkinan menerapkan kegiatan serupa di wilayah sekitarnya.
4)
Pengembangan kegiatan pemberdayaan ada dua macam yaitu:
pengembangan daerah dan pengembangan program.
5)
Dalam pengembangan kegiatan ke daerah lain harus dicegah
adanya “penjiplakan”, namun harus berdasarkan kebutuhan, kemampuan serta
karakteristik wilayah tersebut.
C.
Indikator
keberhasilan
1. Adanya petugas kesehatan yang mampu
melakukan upaya gerakan pemberdayaan
2. Adanya sarana yang mendukung
kegiatan gerakan pemberdayaan kesehatan
3. Adanya forum
komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bidang kesehatan (PHBS)
4. Adanya kader yang mampu menjadi
fasilitator kesehatan di desa
5. Adanya data hasil
SMD
6. Adanya rancangan
kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil MMD
7. Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan
8. Adanya dokumentasi proses dan hasil
kegiatan
9. Adanya rencana
tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan
10. Adanya dukungan
sumberdaya maupun kebijakan dari pengambil keputusan maupun lintas sektor
terkait.
- Kesimpulan
1. Dalam melakukan gerakan pemberdayaan
terlebih dahulu kegiatan harus difokuskan pada upaya pemberdayaan petugas agar
siap dan mampu berperan secara tepat dalam membangun masyarakat.
2. Mengembangkan masyarakat itu sendiri
agar siap dan mampu berpartisipasi, memecahkan masalah yang dihadapinya secara
mandiri.
3. Setelah kegiatan di masyarakat
berlangsung, tidak berarti pemberdayaan petugas sudah berakhir, namun interaksi
timbal balik antara petugas dan masyarakat masih terus berlangsung.
Artinya, masih banyak tatangan maupun permasalahan yang bervariasi harus
dihadapi oleh petugas dalam melestarikan maupun mengembangkan kegiatan yang
telah dibangun. Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus terus dilakukan,
sehingga tetap semangat dan mampu berperan dengan tepat dalam membantu
masyarakat.
Referensi:
Wahydin. B. (2012). Gerakan pemberdayaan masyarakat sebuah tinjauan konsep dalam upaya
menekan penyalahgunaan narkoba. Dikutip 29 Mei 2013, dari http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar