hari ini saya akan sedikit sharee tentang materi yg berkaitan dengan pendidikan keperawatan
semoga informasi yang saya sampaikan akan sedikit membantu temen temen yg cuku sulit dalam menyelesaikan tugas tugas atau materi yg di didapat dari kampus..hhe
semoga membantu ya ...
Konsep
diri
A. Pengertian
Konsep diri adalah cintra subjektif dari diri dan
pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun
sadar. Konsep diri memberi kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan
hubungan kita kepada orang lain. Konsep diri. Kita membentuk konsep diri dari
usia muda. (Perry & Potter, 2005).
Konsep
diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri
tidak meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan
kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian individu. (Pustaka
familia,
2006)
Konsep diri merupakan citra mental
individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik
individu. Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan
dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit
psokologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya
lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksinya
dengan orang lain. (Kozier,
2010)
Konsep diri adalah
semua ide-ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (
Stuart & sundeen, 1998)
Konsep diri adalah
semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain. ( Tarwoto, 2004)
Konsep diri adalah
cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual (Sunaryo, 2004)
Konsep diri adalah
bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri (Willoughby, King dan
Polatajko, 1996)
A.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut
Stuart dan Sudeen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep
diri. Faktor-fator tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other
(orang-orang terpenting atau terdekat) dan Self Perception (persepsi diri
sendiri).
1. Teori
Perkembangan
Konsep
diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang
melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat
serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant
Other ( Orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep
diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri
sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan
interpretasi dari
pandangan orang lain terhadap diri, anak sangan dipengaruhi oleh orang yang
dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh
orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan
sosialisasi.
1. Self
Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi
individu terhadap diri sendiri dan penilainnya, serta persepsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan Intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat
dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Menurut Tarwoto (2006) faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu :
1. Tingkat
perkembangan dan kematangan
Perkembanngan
anak seperti lingkungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep diri.
2. Budaya
Pada
usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan
lingkungannya.
3. Sumber
eksternal dan internal
Contoh
eksternal : adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. Contoh
internal : orang yang humoris, kopping individunya lebih efektif.
4. Usia,
keadaan sakit dan trauma
Usia tua dan
keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi diri seseorang.
Dalam
kehidupan misalanya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan, jika
koping individu tidak adekuat maka akan
menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
1. Pengalaman
sukses dan gagal
Ada
kecenderunagan bahwa riwayat sukses akan meningakatkan konsep diri.
Menurut kozier (2010), faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri yaitu :
1. Perkembangan
Saat
individu berkembang, factor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai
contoh bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih saying.
Sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.
2. Keluarga
dan Budaya
Nilai
yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh keluarganya dan budayanya.
Selanjutnya teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian mempengaruhi
rasa dirinya. Ketika anak berkontraksi dengan membedakan harapan dari keluarga,
budaya dan teman sebaya. Sebagai contoh anak mungkin menyadari orang tuanya
mengharapkan dia tidak minum alcohol dan mengharapkan dia menghadiri layanan
agama setiap sabtu malam. Pada saat bersamaan teman sebayanya meminum bir dan
mendorongnya untuk menghabiskan malam sabtunya bersama mereka.
3. Stressor
Stressor
dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Di
pihak lain stressor yang berlebihan
dapat
menyebabkan respons maladaptive termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri dan
ansietas. Kemampuan individu untuk menangani stressor sangat bergantung pada
sumber daya personal
4. Sumber
Daya
Individu
memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah
percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan
dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar jumlah
yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin
positif.
5. Riwayat
Keberhasilan dan Kegagalan
Individu
yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang
gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep
diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak
keberhasilan.
6. Penyakit
Penyakit dan
trauma dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang wanita yang telah menjalani
mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak lagi manarik. Selain itu
kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai
dirinya sendiri.
A.
Komponen Konsep Diri
Komponen konsep
diri terdiri dari lima, yakni : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran,
identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
1.
Gambaran diri (citra tubuh)
Citra tubuh adalah
sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak
sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, pakaian,
kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
2.
Ideal diri
Ideal diri adalah
persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar
tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Standar ideal diri dapat
berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita dan
harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya).
Ideal diri mulai
berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada
dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan
dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman. Gangguan
idela diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang
mempengaruhi ideal diri :
a.
Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
b.
Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian
standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
c.
Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang realitas
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, rendah diri.
3.
Harga diri
Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal
diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan yang berharga,
jika individu sukses maka cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering
gagal cenderung harga diri rendah.
Menurut (Stuart dan
Sundeen 1991) ada empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak:
a.
Memberikan kesempatan untuk anak berhasil
Beri tugas yang
kemungkinan dapat diselesaikan kemudia beri pengetahuan dan pujian akan
keberhasilan.
b.
Menanamkan gagasan
Berikan gagasan
yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
c.
Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak
perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan
dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna.
d.
Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap
perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan.
Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain,
merasa mampu menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri
yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol
pada pasien skizotrenia dan depresi.
Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gangguan harga diri
yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a.
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba.
Misal: dicerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, operasi.
b.
Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara
berfikir yang negative. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi
negative terhadap dirinya. Kondiri ni mengakibatkan respon yang maladaptive.
4.
Peran
Peran adalah pola
sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998).
Posisi dimasyarakat
dapat merupakan stressor terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik
peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri
dari :
a.
Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan system
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b.
Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak
jelas dalam hal perlaku dan penampilan yang diharapkan.
c.
Peran yang tidak sesuai: terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi
dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
d.
Peran berlebih: jika seorang individu menerima banyak peran missal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa di tuntut melakukan banyak hal terjadi
tidk terjadi waktu untuk menyelesaikan.
5.
Identitas diri
Identitas diri
adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
utuh (Kelliat, B.A, 1992).
Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan
yang berharga, kemampuan dan penguasaan dri seorang yang mandiri dapat mengatur
dan menerima dirinya.
Menurut oleh Budi
Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam cirri pertahanan ego :
a.
Mengenal diri sendiri sebagai organism yang utuh dan terpisah dari orang
lain.
b.
Mengakui jenis kelamin sendiri.
c.
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d.
Menilai dir sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e.
Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f.
Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
B.
Rentang Respon Konsep Diri
Rentang respon konsep diri
( Skema
: Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)
Pengertian :
a.
Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b.
Konsep diri positif : apabila indivdu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri
c.
Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan
konsep diri maladaptive
d.
Kekacauan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e.
Depersonalisasi : perasaan yang
tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
(Kelliat, 2005)
Dari rentang respon adatif
sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu
aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,
dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri
sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan
mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi diri
merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatarbelakangi
pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang
positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga
diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam
dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang
mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang
diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan
keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : Yakin akan kemampuan dalam mengatasi
masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang
lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan
siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa
malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah
diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan
dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai
perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi
dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih
baik agar diterima di lingkungannya.
Harga diri rendah adalah penilaian individu
tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara
respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat
tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan
martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga diri rendah diantaranya rasa
bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri
dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan
negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah
berlebihan.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah
sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan penyesuaian diri (maladjustment).
Harga diri adalah
penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan
akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika
individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan
penerimaan. . Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan
usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik
mengakibatkan harga diri rendah.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu
mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang
individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim
karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain.
Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara
kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan
identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan
stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat
peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan,
perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak
lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan
ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak
realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal,
ragu dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi,
berarti orang tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang
dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada
identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman,
gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa
tahun. orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang
sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut
atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan depersonalisasi seringkali hilang
tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama,
berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku,
dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan
antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa perawat dalam pengkajain kepada kliennya, juga meliputi konsep diri.
Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri. Dalam
konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang
dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai
respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi
diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan benar membantu klien
mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna
meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
Daftar pustaka
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima,
N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Tarwoto,
Wartona. 2004. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Ed.1. Jakarta:
Salemba medika
Potter & Perry (2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1.
Jakarta: EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart, G. W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3. EGC: Jakarta
Videbeck, Sheila. L (2008). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi
Anak. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar