Rabu, 01 Juli 2015

parasomnia




PARASOMNIA
1.      Definisi
            Parasomnia adalah perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur : gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun. Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi bagian tidur yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik, atau gangguan medis lainnya. (Potter & Perry, 2005)
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (suddeb infant death syndrome, SIDS) dihipotesis berkaitan dengan apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas dalam sistem saraf otonom yang dimanifestasikan selama tidur. The American Academy Of Pediatrics menganjurkan agar bayi yang sehat ditempatkan pada posisi miring atau telentang disaat tidur karena adanya hubungan antara posisi telungkup dengan terjadinya SIDS. (Potter & Perry, 2005)
2.      Faktor utama presipitasi terjadi parasomnia yaitu:
a.       Peminum alcohol
b.      Kurang tidur (sleep deprivation)
c.       Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
3.      Jenis – jenis parasomnia
Parasomnia yang terjadi meliputi :
a.       Somnambulisme (berjalan dalam tidur)
Terjadi selama tahap III dan IV tidur NREM, somnabulisme bersifat episodic dan biasanya terjadi sampai 2 jam setelah tertidur (Potter & Perry, 2010)
b.      Gangguan teror tidur (sleep terror) seperti terjaga malam(Potter & Perry, 2005)
c.       Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM seperti mimpi buruk, kelumpuhan pada tidur (Potter & Perry, 2010)
d.      Enuresis nocturnal (ngompol)
Ngompol selama tidur dapat terjadi pada anak – anak berusia lebih dari 3 tahun, ini terjadi lebih sering terjadi pada pria di bandingkan wanita. Sering kali terjadi 1 sampai 2 jam setelah tidur / saat erbangun dari tahap III ke IV tidur REM (Potter & Perry, 2010)
e.       Ereksi noktural (Potter & Perry, 2010)
Ereksi dan emesi noktural terjadi selama tidur REM. Ini terjadi selama masa remaja dan tidak terjadi masalah tidur. (Potter & Perry, 2010)
f.       Menggeretakkan gigi(bruksisme) (Potter & Perry, 2005)
Biasanya terjadi tahap III tidur NREM mengatupkan dan mengemeretak gigi ini pada akhirnya dapat mengikis mahkota gigi dan menyebabkan gigi mejadi tanggal (Potter & Perry, 2010)
g.      Parasomnia lain meliputi gangguan tidur terkait dengan rintihan, halusinasi, gangguan makan
Berbicara selama tidur terjadi selama tidur NREM sebelum tidur REM. Kondisi ini jarang mnyebabkan masalah bagi seseorang kecuali jika mengganggu orang lain (Potter & Perry, 2010)
4.      Etiologi
a.       Kurang tidur
Tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat menjadi alasan terjadinya terror malam atau berjalan dalam tidur
b.      Obat – obatan
Penggunaan obat – obatan tertentu dapat menyebabkan parasomnia. Lithium, prolixin, dan desipramin, ditengarai bisa merangsang atau menimbulkan salah satu jenis parasomnia.
c.       Demam atau sakit
Semakin tinggi demam yang dialami, semakin besra kemungkinan peristiwa ini muncul.
d.      Suasana asing
Tidur dirumah nenek, dirumah teman atau tempat asing lain bisa memicu terror tidur atau tidur jalan.
e.       Stress
Bukan stress sendiri yang menyebabkan maslah tidur namun kurang tidur ang bisa menyertai stress yang menjadi penyebabnya.
f.       Penyimpangan tidur lain
Jika anak megidap tidur apnea, gangguan iitu dapat menyebabkannya lebih sering terbagun. Saat terbangun inilah yang kerap menimbulkan transisi tidur. Karena pada umumnya parasomnia terjadi pada fase transisi, apnea tidur bisa memicu teror tidur. (Rafknowledge, 2004)
5.      Tanda dan gejala
a.       Stimulasi manifestasi melalui perilaku motorik yang kompleks
b.      Mimpi buruk
c.       Berjalan dalam tidur
d.      Amnesia : anak tidak mengingat kejadiannya
e.       Menghindari bujukan : anak yang sedang rewel biasanya suka merajut pada orang tua
6.      Patofisiologi :
Parasomnia
Gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.
Peminum alcohol, Kurang tidur (sleep deprivation), Stress psikososial
Kurang tidur, obat – obatan, demam atau sakit, suasana tidur asing, stress, penyimpangan tidur lain

Somnambulisme (berjalan dalam tidur), Gangguan teror tidur (sleep terror), Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM, Enuresis  dan ereksi nocturnal, bruksisme
Banyak terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa
 












Penjelasan :
Parasomnia merupakan perilaku tidak diinginkan yang lebih banyak terjadi pada anak – anak dari pada orang dewasa terutama pada saat tidur berupa gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun. Penyebab dari parasomnia di antaranya adalah Kurang tidur, obat – obatan, demam atau sakit, suasana tidur asing, stress, penyimpangan tidur lainnya, selain dari itu parasomnia di dukung jika seseorang itu Peminum alcohol, Kurang tidur (sleep deprivation), Stress psikososial, yang mengakibatkan Somnambulisme (berjalan dalam tidur), gangguan teror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase REM, enuresis  dan ereksi nocturnal, bruksisme, serta parasomnia lainnya. 
7.      Penatalaksanaan
a.       Pengobatan melibatkan intervensi medis dengan obat prescription atau modifikasi perilaku melalui hypnosis atau relaksasi / gambaran mental.
b.      Pengobatan untuk gangguan perilaku REM dimulai dengan clonazepam di 0,5 – 1,5 mg diminum pada waktu tidur. Obat ini telah terbukti bermanfaat dalam jangka panjang.
8.      Proses keperawatan
Pengkajian
1.      Riwayat keperawatan
a.       Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan : waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b.      Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari – hari : apakah merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c.       Adakah alat bantu tidur, apa yang anda alakukan sebelum tidur, apakah menggunakan obat – obatan untuk membantu tidur.
d.      Gangguan tidur/ faktor – faktor konstribusi : jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi (Tarwoto & wartonoah,2006)
2.      Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk Pasien yang memiliki masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur Pasien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut :
a.       Jumlah jam tidur total perhari
b.      Aktivitas yang dilakukan 2 – 3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu)
c.       Ritual sebelum tidur (mis., minum air, obat tidur)
d.      Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur,(c) tertidur, (d) terjaga dimalam hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari
e.       Adanya masalah yang Pasien yakini dapat memngaruhi tidurnya
f.       Faktor yang Pasien yakini member pengaruh positif atau negative pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang Pasien alami(Wahit iqbal Mubarak,2007)
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energy Pasien.
b.      Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c.       Perilaku : iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, binguung dan kurang koordinasi(Tarwoto & wartonoah,2006)
4.      Pemeriksaan diagnostic
Penggunaan polisomnogram(PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan :
a.       Elektroencephalogram (EEG) : aktivasi otak
b.      Electromyogram (EMG) : tonus otot
c.       Electroocologram (EOG) : pergerakan mata (Potter & Perry, 2005)
Diagnosa keperawatan
1.      Resiko cedera yang berhubungan dengan somnambulisme
2.      Ketidakefektifan koping yang berhuubungan dengan kualitas dan kuantitas tidur yang tidak cukup
3.      Keletihan yang berhubungan dengan parasomnia
4.      Risiko gangguan perukaran gas yang berhubungan dengan apnea tidur
5.      Defisiensi pengetahuan ( obat – obatan yang dijual bebas untuk insomnia) yang berhubungan dengan kesalahan informasi
6.      Gangguan proses fikir yang berhubungan dengan insomnia kronik
7.      Ansietas yang berhubungan dengan parasomnia dan ancaman cedera
8.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan deprivasi tidur (kozier,2010)
9.      Risiko cedera berhubungan dengan serangan berjalan dalam tidur
10.  Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan berhubungan dengan yang berhubungan dengan pemahaman pasangan tentang narkolepsi
11.  Gangguan haarga diri berhubungan dengan terjadinya mengompol
12.  Perubahan proses berpikir yang berhubungan dengan deprivasi tidur
13.  Gangguan pertukaran gas selama tidur berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
14.  Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial (potter & perry,2005)
Perencanaan
Tujuan dari rencana asuhan bagi Pasien yang memerlukan tidur atau istirahat adalah sebagai berikut :
1.      Pasien mendapatkan perasaan segar setelah tidur
2.      Pasien mendapatkan pola tidur yang sehat
3.      Pasien memahami faktor – faktor yang meningkatkan atau mengganggu tidur
Pasien melakukan perilaku perawatan diri untuk menghilangkan faktor – faktor yang menyebabkan tidur(potter & perry, 2005)

Contoh rencana asuhan keperawatan untuk gangguan pola tidur
Tujuan : Pasien melaporkan bahwa pola tidur yang biasa telah terbentuk kembali dalam 1 bulan
Hasil yang di harapkan :
1.      Pasien tertidur dalam pola yang normal
2.      Pasien menggunakan terapi relaksasi setiap malam sebelum tidur
Pasien melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi hari(potter & perry, 2005)

intervensi
1.      Anjurkan agar Pasien menghilangkan stress dan kecemasan
rasional : Pasien dan stress mengganggu siklus tidur
2.      Minta pasien mengikuti ritual tidur naik ketempat tidur pada jam yang sama setiap malam, meminum segelas susu
rasional :  susu mengandung latripotan, asam amino alami yang merangsang tidur (ross et all,1986)
3.      Tentukan waktu sebelum pasien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, mandi, atau lathan relaksasi progresif
rasional : efek dan relaksasi memrlukan penelitian terlebih lanjut.
rasional : insomnia dapat mengalami peningkatan tonus simpatik, dan relaksasi dapat membantu menguranginya (berman et all,1990)
4.      kendalikan sumber – sumber kebisingan di lingkunan dan pastikan bahwa kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik
rasional : suara yang keras dapat mengganggu dan mempengaruhi istirahat (potter & perry, 2005)

implementasi
1.      Mengontrol lingkungan tidur tetap nyaman
2.      Mendukung Pasien dan mempertahankan keamananya.
3.      Meningkatkan kenyamanan tidur
4.      Metapkan priode istirahat dan tidur
5.      Mengendalikan gangguan fisiologis
6.      Mengurangi stress
7.      Memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam
8.      MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur
9.      Mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari.
(potter & perry, 2005)

evaluasi
1.      Pasien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum tidur dengan meninta Pasien melaporkan keberhasilan tidur
2.      Pasien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari
3.      Pasien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan selama 4 minggu dengan mengobservasi ekspresi dan perilaku non verbal saat pasien terjaga
4.      Terpenuhi pola tidur yang normal













Tidak ada komentar:

Posting Komentar