PARASOMNIA
1. Definisi
Parasomnia
adalah perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur :
gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur
atau dari tidur ke terbangun. Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang
berhubungan dengan gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi
menjadi bagian tidur yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik, atau
gangguan medis lainnya. (Potter & Perry, 2005)
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (suddeb infant death syndrome, SIDS) dihipotesis
berkaitan dengan apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang disebabkan oleh
abnormalitas dalam sistem saraf otonom yang dimanifestasikan selama tidur. The American
Academy Of Pediatrics menganjurkan agar bayi yang sehat ditempatkan pada
posisi miring atau telentang disaat tidur karena adanya hubungan antara posisi
telungkup dengan terjadinya SIDS. (Potter & Perry, 2005)
2.
Faktor utama presipitasi terjadi
parasomnia yaitu:
a.
Peminum alcohol
b.
Kurang tidur (sleep deprivation)
c.
Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada
aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan tidur.
Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala
khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius),
dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada
stadium 3 dan 4.
3.
Jenis – jenis parasomnia
Parasomnia
yang terjadi meliputi :
a.
Somnambulisme (berjalan
dalam tidur)
Terjadi selama tahap III dan IV
tidur NREM, somnabulisme bersifat episodic
dan biasanya terjadi sampai 2 jam setelah tertidur (Potter & Perry, 2010)
b.
Gangguan teror tidur (sleep terror) seperti terjaga malam(Potter
& Perry, 2005)
c.
Gangguan tidur berhubungan dengan
fase REM seperti mimpi buruk, kelumpuhan pada tidur (Potter & Perry, 2010)
d.
Enuresis
nocturnal (ngompol)
Ngompol selama tidur dapat terjadi
pada anak – anak berusia lebih dari 3 tahun, ini terjadi lebih sering terjadi
pada pria di bandingkan wanita. Sering kali terjadi 1 sampai 2 jam setelah
tidur / saat erbangun dari tahap III ke IV tidur REM (Potter & Perry, 2010)
e.
Ereksi noktural (Potter & Perry,
2010)
Ereksi dan emesi noktural terjadi
selama tidur REM. Ini terjadi selama masa remaja dan tidak terjadi masalah
tidur. (Potter & Perry, 2010)
f.
Menggeretakkan gigi(bruksisme) (Potter & Perry, 2005)
Biasanya terjadi tahap III tidur
NREM mengatupkan dan mengemeretak gigi ini pada akhirnya dapat mengikis mahkota
gigi dan menyebabkan gigi mejadi tanggal (Potter & Perry, 2010)
g.
Parasomnia lain meliputi gangguan
tidur terkait dengan rintihan, halusinasi, gangguan makan
Berbicara selama tidur terjadi
selama tidur NREM sebelum tidur REM. Kondisi ini jarang mnyebabkan masalah bagi
seseorang kecuali jika mengganggu orang lain (Potter & Perry, 2010)
4.
Etiologi
a.
Kurang tidur
Tidak mendapatkan tidur yang cukup
dapat menjadi alasan terjadinya terror malam atau berjalan dalam tidur
b.
Obat – obatan
Penggunaan obat – obatan tertentu
dapat menyebabkan parasomnia. Lithium, prolixin, dan desipramin, ditengarai
bisa merangsang atau menimbulkan salah satu jenis parasomnia.
c.
Demam atau sakit
Semakin tinggi demam yang dialami,
semakin besra kemungkinan peristiwa ini muncul.
d.
Suasana asing
Tidur dirumah nenek, dirumah teman
atau tempat asing lain bisa memicu terror tidur atau tidur jalan.
e.
Stress
Bukan stress sendiri yang
menyebabkan maslah tidur namun kurang tidur ang bisa menyertai stress yang
menjadi penyebabnya.
f.
Penyimpangan tidur lain
Jika anak megidap tidur apnea,
gangguan iitu dapat menyebabkannya lebih sering terbagun. Saat terbangun inilah
yang kerap menimbulkan transisi tidur. Karena pada umumnya parasomnia terjadi
pada fase transisi, apnea tidur bisa memicu teror tidur. (Rafknowledge, 2004)
5.
Tanda dan gejala
a.
Stimulasi manifestasi melalui
perilaku motorik yang kompleks
b.
Mimpi buruk
c.
Berjalan dalam tidur
d.
Amnesia : anak tidak mengingat
kejadiannya
e.
Menghindari bujukan : anak yang
sedang rewel biasanya suka merajut pada orang tua
6.
Patofisiologi :
Parasomnia
|
Gangguan
terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau
dari tidur ke terbangun.
|
Peminum alcohol, Kurang tidur (sleep deprivation),
Stress psikososial
|
Kurang tidur, obat – obatan, demam atau sakit,
suasana tidur asing, stress, penyimpangan tidur lain
|
Somnambulisme (berjalan dalam tidur), Gangguan
teror tidur (sleep terror), Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM, Enuresis dan ereksi nocturnal, bruksisme
|
Banyak terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa
|
Penjelasan
:
Parasomnia
merupakan perilaku tidak diinginkan yang lebih banyak terjadi pada anak – anak
dari pada orang dewasa terutama pada saat tidur berupa gangguan terjaga, terjaga
sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.
Penyebab dari parasomnia di antaranya adalah Kurang tidur, obat – obatan, demam
atau sakit, suasana tidur asing, stress, penyimpangan tidur lainnya, selain
dari itu parasomnia di dukung jika seseorang itu Peminum alcohol, Kurang tidur
(sleep deprivation), Stress
psikososial, yang mengakibatkan Somnambulisme (berjalan dalam tidur), gangguan
teror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase REM,
enuresis dan ereksi nocturnal,
bruksisme, serta parasomnia lainnya.
7.
Penatalaksanaan
a.
Pengobatan melibatkan intervensi
medis dengan obat prescription atau
modifikasi perilaku melalui hypnosis atau relaksasi / gambaran mental.
b.
Pengobatan untuk gangguan perilaku
REM dimulai dengan clonazepam di 0,5
– 1,5 mg diminum pada waktu tidur. Obat ini telah terbukti bermanfaat dalam
jangka panjang.
8.
Proses keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat
keperawatan
a. Kebiasaan
pola tidur bangun, apakah ada perubahan : waktu tidur, jumlah jam tidur,
kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering bangun pada saat
tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak
pola tidur terhadap fungsi sehari – hari : apakah merasa segar saat bangun, apa
yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah
alat bantu tidur, apa yang anda alakukan sebelum tidur, apakah menggunakan obat
– obatan untuk membantu tidur.
d. Gangguan
tidur/ faktor – faktor konstribusi : jenis gangguan tidur, kapan masalah itu
terjadi (Tarwoto & wartonoah,2006)
2. Catatan
tidur
Catatan tidur
sangatlah bermanfaat, khususnya untuk Pasien yang memiliki masalah tidur sebab
catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur Pasien. Catatan
tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut :
a. Jumlah
jam tidur total perhari
b. Aktivitas
yang dilakukan 2 – 3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu)
c. Ritual
sebelum tidur (mis., minum air, obat tidur)
d. Waktu
(a) pergi tidur, (b) mencoba tidur,(c) tertidur, (d) terjaga dimalam hari dan
durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari
e. Adanya
masalah yang Pasien yakini dapat memngaruhi tidurnya
f. Faktor
yang Pasien yakini member pengaruh positif atau negative pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut
menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur
yang Pasien alami(Wahit iqbal Mubarak,2007)
3. Pemeriksaan
fisik
a. Observasi
penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energy Pasien.
b. Adanya
lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c. Perilaku
: iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh
tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri,
binguung dan kurang koordinasi(Tarwoto & wartonoah,2006)
4. Pemeriksaan
diagnostic
Penggunaan polisomnogram(PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency Test (MSLT).
PSG melibatkan penggunaan :
a. Elektroencephalogram
(EEG) : aktivasi otak
b. Electromyogram
(EMG) : tonus otot
c. Electroocologram
(EOG) : pergerakan mata (Potter & Perry, 2005)
Diagnosa
keperawatan
1. Resiko
cedera yang berhubungan dengan somnambulisme
2. Ketidakefektifan
koping yang berhuubungan dengan kualitas dan kuantitas tidur yang tidak cukup
3. Keletihan
yang berhubungan dengan parasomnia
4. Risiko
gangguan perukaran gas yang berhubungan dengan apnea tidur
5. Defisiensi
pengetahuan ( obat – obatan yang dijual bebas untuk insomnia) yang berhubungan
dengan kesalahan informasi
6. Gangguan
proses fikir yang berhubungan dengan insomnia kronik
7. Ansietas
yang berhubungan dengan parasomnia dan ancaman cedera
8. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan deprivasi tidur (kozier,2010)
9. Risiko
cedera berhubungan dengan serangan berjalan dalam tidur
10. Koping
keluarga tidak efektif : ketidakmampuan berhubungan dengan yang berhubungan
dengan pemahaman pasangan tentang narkolepsi
11. Gangguan
haarga diri berhubungan dengan terjadinya mengompol
12. Perubahan
proses berpikir yang berhubungan dengan deprivasi tidur
13. Gangguan
pertukaran gas selama tidur berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
14. Pola
napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial (potter
& perry,2005)
Perencanaan
Tujuan dari rencana asuhan bagi Pasien yang
memerlukan tidur atau istirahat adalah sebagai berikut :
1. Pasien
mendapatkan perasaan segar setelah tidur
2. Pasien
mendapatkan pola tidur yang sehat
3. Pasien
memahami faktor – faktor yang meningkatkan atau mengganggu tidur
Pasien melakukan
perilaku perawatan diri untuk menghilangkan faktor – faktor yang menyebabkan
tidur(potter & perry, 2005)
Contoh rencana
asuhan keperawatan untuk gangguan pola tidur
Tujuan : Pasien
melaporkan bahwa pola tidur yang biasa telah terbentuk kembali dalam 1 bulan
Hasil yang di
harapkan :
1. Pasien
tertidur dalam pola yang normal
2. Pasien
menggunakan terapi relaksasi setiap malam sebelum tidur
Pasien
melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi hari(potter & perry,
2005)
intervensi
1. Anjurkan
agar Pasien menghilangkan stress dan kecemasan
rasional
: Pasien dan stress mengganggu siklus
tidur
2. Minta
pasien mengikuti ritual tidur naik ketempat tidur pada jam yang sama setiap
malam, meminum segelas susu
rasional
: susu mengandung latripotan, asam amino alami
yang merangsang tidur (ross et all,1986)
3. Tentukan
waktu sebelum pasien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, mandi,
atau lathan relaksasi progresif
rasional
: efek dan relaksasi memrlukan penelitian
terlebih lanjut.
rasional
: insomnia dapat mengalami peningkatan
tonus simpatik, dan relaksasi dapat membantu menguranginya (berman et all,1990)
4. kendalikan
sumber – sumber kebisingan di lingkunan dan pastikan bahwa kamar tidur sudah
digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik
rasional
: suara yang keras dapat mengganggu dan mempengaruhi istirahat
(potter & perry, 2005)
implementasi
1. Mengontrol
lingkungan tidur tetap nyaman
2. Mendukung
Pasien dan mempertahankan keamananya.
3. Meningkatkan
kenyamanan tidur
4. Metapkan
priode istirahat dan tidur
5. Mengendalikan
gangguan fisiologis
6. Mengurangi
stress
7. Memantau tahapan
tidur dan bangun selama tidur malam
8. MSLT
memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur
tidur
9. Mengukur seberapa
cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur siang sepanjang hari.
(potter &
perry, 2005)
evaluasi
1. Pasien
menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum tidur dengan meninta Pasien
melaporkan keberhasilan tidur
2. Pasien
melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari
3. Pasien
melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan selama 4 minggu dengan
mengobservasi ekspresi dan perilaku non verbal saat pasien terjaga
4. Terpenuhi
pola tidur yang normal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar